Pawai Budaya Gianyar Meriah

3 days ago 4
ARTICLE AD BOX
HUT Kota Gianyar mengusung tema 'Paramaguna Kalangon' yang memiliki arti martabat unggul Kabupaten Gianyar pancarkan pesona asri, indah, aman, dan nyaman. Para seniman menyajikan karya kreatif yang mengarah pada penggambaran jati diri dan kekhasan budaya daerah di wilayah Kabupaten Gianyar yang selalu berkembang.

Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta mengapresiasi pawai budaya Gianyar karena mengedepankan Tata Titi Jagat Bali melibatkan adat, seni, dan budaya.

“Kabupaten Gianyar memang maju dari segala aspek, jangan sampai menggerus adat dan budaya Gianyar yang memang menjadi ikon kota seni di Bali. Pawai ini memberikan wadah kepada seniman dan budayawan untuk mengeluarkan karya terbaiknya. Saya berharap masyarakat gemah ripah lohjinawi tata yentram kerta raharja,” ujar Wagub Giri Prasta.

Bupati Gianyar I Made Mahayastra menyampaikan rasa bangganya atas pawai seni dan budaya yang ditampilkan. 

“Pelaksanaan pawai budaya ini merupakan salah satu momentum untuk memperkenalkan, menyebarluaskan, dan melestarikan kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar,” ujarnya.

Bupati Mahayastra berharap pawai budaya ini tidak hanya menjadi tontonan yang indah, juga menjadi representasi utuh dari kekayaan dan keberagaman budaya Kabupaten Gianyar. 

“Kami berkomitmen untuk terus mendorong dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan seni dan budaya di seluruh wilayah Gianyar sebagai upaya nyata melestarikan warisan leluhur dan memperkuat identitas Gianyar yang kita cintai,” tegasnya. 

Bupati Mahayastra juga menyampaikan rasa bangga karena pawai budaya dihadiri Wakil Gubernur Bali, Nyoman Giri Prasta. Pawai budaya dibuka dengan penampilan memukau dari Duta Kecamatan Tegallalang yang mengangkat cerita Memelang, ritual sakral tahunan yang dilaksanakan di Desa Sebatu sebagai ungkapan rasa syukur krama subak dan doa untuk kesuburan padi. Puncaknya menampilkan ogoh-ogoh Batan Merem dari STCila Mekar.

Dilanjutkan Duta Kecamatan Payangan menampilkan fragmentari Tirta Malung yang menceritakan perjalanan Rsi Markandiya ke Desa Melinggih Kelod Payangan. Rsi Markandiya mendirikan tempat pemujaan yang disebut Tirta Malung. Sampai sekarang bebaturan tersebut menjadi tempat suci disebut Pura Sinutan. Seiring perkembangan jaman yang akhirnya menjadi Pura Senetan. Puncaknya, duta Kecamatan Payangan menampilkan ogoh-ogoh Bhuta Dungulan.

Dilanjutkan penampilan dari duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan kesenian tari khas lokal Desa Pejeng Kaja seperti Tari Rejang Pependetan dan Tari Baris Bedil sebagai wujud simbol atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sebagai garapan tematik, Kecamatan Tampaksiring menampilkan fragmentari dengan judul Asura Bhuta, menceritakan perjalanan Mayadenawa dengan adanya tukad Petanu. Puncaknya, duta Kecamatan Tampaksiring menampilkan ogoh-ogoh Tulak Tunggul.

Tak kalah menarik duta Kecamatan Ubud menampilkan karya monumental yang sudah tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yaitu Legong Peliatan. Juga menampilkan fragmentari berjudul Singa Ambara Kerta. Pucaknya, menampilkan ogoh-ogoh Catur Sanak dari ST Pandawa Banjar Tarukan Mas.

Duta Kecamatan Sukawati membawakan garapan tematik dengan judul Mekencan Kencan yang memiliki makna ungkapan rasa bahagia dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa karena seluruh rentetan yadnya sudah berjalan dengan baik. Makencan-kencan diawali dengan tarian Rejang Dewa, prosesi pemendakan, matajen, gegaluhan, Tarian Gambor, persembahan Baris Miasa, dan Incang Incung yang diakhiri dengan nguying atau ngurek. Puncaknya, menampilkan ogoh-ogoh Sapatha Kala atau Kutukan Kala.

Duta Kecamatan Blahbatuh membawakan pementasan berjudul Saeka Shanti yang menceritakan tentang pasamuan dari sembilan sekta dipadukan menjadi Tri Murti menganut paham Siwa Budha sebagai dasar agama, pembentukan Pura Kayangan Tiga dan Desa Pakraman. Di mana tempat pelaksanaan samuan agung tersebut diberi nama Pura Samuan Tiga yang berlokasi di Desa Bedulu Kecamatan Blahbatuh. Puncaknya menampilkan ogoh-ogoh Sandikala dari ST Dharma Sisula.

Terakhir penampilan Duta Kecamatan Gianyar membawakan fragmentari dengan judul Kancing Gelung. Mengisahkan perjalanan suci Dharmayatra Dang Hyang Niratha atau Dang Hyang Dwijendra atau Pedanda Sakti Wawu Rauh menuju arah timur. Biasanya beliau menganugerahkan Kancing Gelung yang diletakkan di palinggih sebagai tanda bahwa pernah berdharma yatra ke pura tersebut. Puncaknya, menampilkan ogoh-ogoh Sapta Timira. 7 nvi
Read Entire Article