Raksaka Festival Pacu Kreativitas Yowana Bali, 83 Peserta Antusias Ikuti Lomba Ogoh-Ogoh Mini

1 day ago 5
ARTICLE AD BOX
Lomba kali ini menghadirkan empat kategori, yakni:
1. Kategori Kuta Selatan All Star – khusus peserta dari ST se-Kecamatan Kuta Selatan.
2. Kategori Pembuatan Tapel Tingkat Anak-anak.
3. Kategori Ogoh-Ogoh Mini Mesin.
4. Kategori Ogoh-Ogoh Mini Non Mesin.

Sebanyak 83 peserta ambil bagian dalam lomba yang telah digelar untuk ketiga kalinya sejak tahun 2023 ini. Meski jumlah peserta dibatasi untuk menjaga kualitas dan ketertiban, antusiasme masyarakat tetap tinggi.

Tiga tokoh maestro Ogoh-ogoh didatangkan sebagai dewan juri, yaitu CenkCenk Bero, seniman Ogoh-ogoh populer dari Bali, Gus Man Surya asal Tampaksiring, Gianyar, serta Pasek Asta, undagi Ogoh-ogoh dari Nusa Dua, Banjar Bualu.

Ketua panitia pelaksana lomba, I Komang Handika Juliartana alias Mang Dika, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari misi pelestarian budaya sekaligus ajang aktualisasi generasi muda. “Tema Raksaka Festival melambangkan semangat yowana (pemuda) Bali untuk menunjukkan kreativitas dan berkompetisi secara sehat,” ujar guru seni budaya SMKN 2 Kuta Selatan ini.

Mang Dika juga menyoroti perkembangan dunia Ogoh-ogoh mini pasca pandemi Covid-19. Menurutnya, era pembatasan sosial 2020–2022 justru memicu tumbuhnya kreativitas di tingkat banjar. Kini, Ogoh-ogoh mini bukan sekadar karya seni, tapi telah berkembang menjadi industri kecil dengan biaya produksi mencapai Rp5 juta hingga Rp10 juta per unit.

“Dulunya Ogoh-ogoh mini hanya karya iseng, sekarang sudah menjadi serius. Bahkan ada lomba khusus tapel untuk anak-anak, dan ini pertama kali kami selenggarakan,” jelasnya.

Ia menambahkan, pemilihan lokasi di Pantai Melasti dilakukan untuk mendukung promosi pariwisata kawasan selatan. “Kami ingin kegiatan budaya bisa bersinergi dengan sektor pariwisata. Astungkara ke depan bisa memberi dampak positif bagi ekonomi dan pelestarian budaya,” imbuhnya.

Acara pembukaan dihadiri Perbekel Desa Ungasan dan Camat Kuta Selatan. Awalnya, panitia mengundang Bupati Badung, namun berhalangan hadir.

Sementara itu, salah satu peserta asal Gianyar, I Made Windu Pramana alias Windu Art, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. Pegawai Kantor Pertanahan Gianyar  ini menilai festival Ogoh-ogoh mini bukan sekadar perlombaan.

“Lomba ini punya nilai lebih. Selain mengasah kreativitas, juga berkontribusi terhadap pariwisata, apalagi digelar di wilayah yang memang basisnya pariwisata seperti Badung,” ujar Windu yang menurunkan karya bertajuk Kertawirya (Arjuna Sastrabahu).

Karya tersebut menceritakan tokoh Arjuna Sastrabahu yang ingin merebut sapi sakti dari Rsi Parasurama hingga terjadi pertempuran dahsyat. Menurut Windu, kisah ini menjadi simbol kritik sosial, terinspirasi dari kasus pencurian yang berujung tragis.

Ia berharap ke depan lomba bisa lebih terbuka dan sistem penilaian dikembangkan agar lebih adil. “Akan lebih baik jika kategori dibedakan antara tapel modern dan tradisi, agar peluang juara lebih merata dan adil,” saran alumnus Universitas Ngurah Rai ini.

Panitia pun menyampaikan rencana mengevaluasi sistem pendaftaran untuk bisa menampung lebih banyak peserta tanpa mengorbankan kualitas lomba. Mereka juga akan meningkatkan sarana prasarana serta sistem keamanan karya peserta.*m03

Read Entire Article